Kisah Cinderella

CreepyPasta Indonesia Cerita Cinderella

Aku mempunyai seorang ayah dan ibu. Kami sekeluarga hidup dengan sangat amat bahagia di sebuah perdesaan.

Saat aku berumur delapan tahun, ibuku meninggal karena sakit yang di deritanya. Mengetahui hal itu, tentu saja aku dan ayahku menjadi sangat sedih serta tak mempercayainya. Pada nafas terakhirnya, ibuku berpesan kepadaku untuk selalu menjadi anak gadis yang baik hati.

Saat aku menginjak umur dua belas tahun, ayahku memutuskan untuk menikah lagi dan aku mempunyai ibu tiri serta kedua kakak tiri. Setelah begitu lama, akhirnya kami sekeluarga merasakan kebahagiaan yang dulu pernah hilang.

Saat aku berumur lima belas tahun, ayahku tiba-tiba meninggal secara mendadak dan aku sangat terpukul akan hal itu. Namun ibu tiri dan kedua kakak tiriku sama sekali tak peduli, bahkan tak sedih sedikitpun. Hanya sekumpulan tikus saja yang menemani aku saat bersedih di atas loteng.

Saat aku berumur enam belas tahun, ibu tiri dan kakak tiriku mulai memperlakukan aku layaknya seorang pembantu. Mereka seenaknya saja menyuruh dan selalu memukuli aku. Setiap hari aku tertidur di sebelah perapian yang mulai padam bagaikan rasa baik hatiku yang mulai padam juga. Aku selalu di hina dan diejek oleh mereka karena tubuhku yang sangat kotor dan kumal.

Saat aku tepat menginjak umur delapan belas tahun, di desa aku terdapat sebuah pesta. Aku memohon untuk ikut ke pesta tersebut, namun ibu tiri dan kedua kakak tiriku ini melarang aku dengan sangat keras. Aku menangis dengan rasa kekecewaan dan penderitaan yang telah kurasakan. Dendam dan amarah seakan-akan mengalir di dalam darahku, meskipun itu bukan hal yang normal tapi sepertinya aku mulai menyukainya.

Saat aku berumur sembilan belas tahun, aku sekarang tinggal sendirian. Ibu tiri dan kedua kakak tiriku telah tewas terjatuh di lantai. Darah mereka masih mengalir di tangan aku. Namun aku justru tertawa seraya mengingat kejadian itu. Kejadian saat pertama kalinya aku bertemu dengan seorang ibu peri yang mendatangi aku pada suatu malam dan menjanjikan satu permintaan yang akan dikabulkan.

Tak semua ibu peri itu bersifat baik hati, kata ibu peri tersebut, dan aku jadi sadar bahwa membalaskan dendam itu lebih seru ketimbang harus berdansa dengan seorang pangeran. Dan memotong leher ibu tiri serta kedua kakak tiriku itu jadi lebih mudah jika kita menggunakan sepatu kaca yang telah pecah.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Cinderella"

Posting Komentar